Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Hai readers…
Apa kabar? How are you?
Lumayan lama juga tidak posting di sini. Saya lagi (pura-pura)
S.I.B.U.K.
Beberapa waktu lalu saya dapat sms dari teman adik saya yang intinya
bertanya tentang lowongan kerja. Dia punya saudara yang sarjana apaaaa…gtu..
(lupa) -______-“ katanya sudah lama nganggur, jadi nanya ke saya siapa tahu
saya pernah lihat lowongan kerja atau ada teman-teman lain yang tau juga.
Saya balasnya bilang Insya Alla
saja, soalnya akhir-akhir ini saya sudah jarang tahu mengenai lowongan kerja.
Itu bukan kali pertamanya saya dapat pertanyaan seperti itu. Dan yang
ada didalam kepala saya, kalian bertanya mengenai ada tidaknya lowongan kerja
itu untuk apa? Sudah siapkah kamu memasuki dunia kerja? Siapkah kamu dengan
segala tanggung jawab yang ada didalamnya?
Dunia kerja itu bukan hal yang bisa dianggap remeh dan dipandang sebelah mata. Persiapan menuju kesana harus
benar-benar matang. Bukan hanya karena ingin dianggap punya kerja saja atau
sekedar tidak menyandang gelar pengangguran. Ada “tanggung jawab” besar di
dalamnya.
Pernah dengar kalimat “Kata yang keluar dari dalam hati (kata hati)
adalah hal yang paling jujur” ?
Mungkin kedengarannya sepele. Tapi bagi saya pribadi itu penting. Setelah
kamu menjalani perkuliahan yang amat sangat ribet dan diakhiri dengan wisuda
dan acara makan-makan, akan kemana kamu nantinya? Apa kehidupan cukup sampai
dengan bergelar akademik? Akan ada beberapa pilihan buat kamu. Menikmati hidup
dengan senang-senang ala hedon? Melanjutkan usaha/perusahaan keluarga? Mandiri dengan
mencari kerja dengan cara kamu sendiri? dan masih banyak pertanyaan –
pertanyaan pilihan lainnya.
Saya, sebagai penulis, mungkin tidak bisa memberikan gambaran dari
pertanyaan kedua diatas, karena saya tidak pernah mengalaminya. Dan untuk
pertanyaan pertama dan ketiga, Insya Allah saya bisa memberi sedikit paparan
dan exactly itu berdasarkan pengalaman saya. Ya, SAYA. Bukan orang lain. Dan kalo
ada kesengajaan kisah dan cerita itu bukan kesengajaan (ala sinetron).
Hanya memikirkan kesenangan semata itu hanya sementara. Kita tidak bisa
terus-terusan menghabiskan waktu hanya dengan jalan-jalan, ngumpul bareng teman
(dalam artian hanya sekedar menghabiskan waktu) dll. Selanjutnya kita bakal
mikir lagi, dapat duit untuk jalan-jalannya darimana? Besok mau kesana kesini
kesana kesana, tapi tidak ada duit. Bersyukurlah kalo berasal dari keluarga
yang sangat berada dan yang setuju-setuju saja melihat kamu dengan pergaulan
yang kamu jalani. Tetapi buat yang merasa Minta sama orang tua juga jadinya segan kalau
hanya untuk sesuatu yang mungkin tidak diharapkan oleh orang tua, ya mau tidak
mau harus berusaha sendiri, dalam hal ini dengan cara yang baik dan halal
tentunya. Mau cari duit sendir tidak tau caranya. Ya, karena tidak mempunyai
pekerjaan. Kalau yang sempat saya alami, kebetulan pada saat saya mengalami
masa-masa itu, memang masih kuliah. Atau tepatnya sedang melanjutkan kuliah. Dan pada saat itu saya
benar-benar kurang fokus terhadap kuliah dan hanya memikirkan hal lain yang
belakangan ini saya anggap sudah tidak begitu penting lagi buat saya.
Nah sekarang, petanyaan yang ketiga. Menurut saya, orang-orang yang
berfikiran untuk mandiri itu lebih baik. karena kalau kita sudah mempunyai
penghasilan dengan hasil usaha sendiri, its no problem. Mau diapakan pun itu
tergantung diri kita masing-masing. Berfikiran untuk jalan-jalan, boleh. Atau untuk
apapun juga. Termasuk kalau kalian berfikiran untuk berinvestasi ataupun
ditabung.
Buat kalian yang telah memutuskan untuk memasuki dunia kerja, kenali
beberapa hal terlebih dahulu. Saya bukan motivator sekelas siapa pun. Saya hanya
orang biasa. Bahkan biasa-biasa saja. Dan saya tidak seformal para motivator
dalam memberi motivasi untuk orang-orang yang membutuhkan.
Tapi saya punya tips sendiri untuk kalian-kalian yang ingin memasuki
dunia kerja. Mungkin saja ini bullshit bagi sebagian orang, tapi mungkin juga
ini penting untuk beberapa orang. Jadi tidak ada salahnya untuk sekedar dibaca
dan diketahui.
1) Tanya diri kamu sendiri
Suatu hari, kamu membaca atau mengetahui adanya kesempatan berkarir
atau kerja. Jangan terburu-buru untuk langsung mengambil kesempatan tersebut. Tanya
pada diri kamu. Apakah kamu benar-benar menginginkan hal itu? Sekali lagi saya
menuliskan bahwa ada tanggung jawab besar didalam dunia kerja. Bukan sekedar memperoleh
penghasilan. Apa kata hati kamu? Apa yang akan kamu lakukan setelah berada disana
nanti? Apa sekedar datang tanpa melakukan apapun? Atau malah hanya melakukan
hal-hal lain diluar kewajiban kamu? Atau memang berniat dan bertekad untuk
bekerja sungguh-sungguh dan melaksanakan segala kewajiban?
Ketahuilah, bahwa bekerja itu adalah pengabdian. Selain merupakan
bentuk pengabdian kepada keluarga, ada tanggung jawab pengabdian kepada
masyarakat dan negara juga. Negara ini butuh segala hal yang “tidak main-main”.
2) Kualifikasi yang sesuai
Setelah kamu yakin dan mempunyai tujuan yang benar untuk memasuki dunia
kerja, perhatikan hal lainnya. Dan hal ini juga penting sebagai penunjang dan
sangat menunjang karena setidaknya kamu telah mengetahui dasar-dasar/basic
serta teori-teori yang akan diterapkan secara real nanti. Apakah “kursi” yang dibutuhkan sesuai dengan
strata akademik kamu? Apakah sesuai dengan minat maupun bakat kamu? Apakah nantinya
kamu tidak akan menyesal sekamuinya ternyata “kendaraan yang kamu tumpangi
salah jurusan”?. Itulah manfaat dan pentingnya praktek kerja lapangan atau
kuliah kerja nyata atau apapun namanya yang bersifat memperkenalkan bakal calon
pekerjaan kamu nantinya, meskipun itu hanya bersifat kecil dan hanya
sepersejuta dari kenyataannya nanti. Alangkah baiknya jika kamu sebagai alumni
akuntansi bekrja sebagai akuntan atau pekerjaan-pekerjaan keuangan lainnya
disebuah perusahaan/kantor. Atau kamu sebagai alumni administrasi bekerja
dibagian yang berkaitan dengan administrasi-administrasi perkantoran, alumni
Teknik yang bekerja sesuai teknis strata akedemiknya.
Bayangkan saja jika terjadi kekacauan dalam hal ini. Karna tidak
gampang meng-Akuntansikan, meng-administrasikan, meng-teknik-kan dan
meng-lain-lain-kan seseorang. Bidang pekerjaan yang ditangani personal secara
acak dan tidak sesuai dengan strata akademik, akan membuat kamu susah untuk
menjiwai pekerjaan nantinya dan pastinya resiko salah juga akan besar. Jadilah profesional
dibidangmu.
3) Mental
Ada apa dengan mental? Ya.. karna ini juga penting. Selain fisik,
mental juga harus kuat. Harus tahan banting. Jangan mudah menyerah dalam hal
apapun. Hindari stress. Cobalah untuk selalu memotivasi diri sendiri. tidak ada
masalah yang tidak mempunyai celah sebagai jalan keluar. Tidak ada pekerjaan
yang tidak bisa diselesaikan. Semua pasti bisa, namun mungkin saja perlu
beberapa lama waktu.
Timbulkan jiwa kepemimpinan. Selain itu membuka diri untuk menerima
saran dan kritikan yang bersifat membangun. Budayakan rasa ingin tahu. Dengan begitu
selalu timbul rasa ingin terus mempelajari hal-hal baru. Dalam hal ini bukan
rasa ingin tahu terhadap kehidupan privacy orang lain yah… :p
Maka dari itu, persiapkanlah mental yang kuat. Tes masuk kedalam suatu
kesempatan kerja itu hanya sebagian yang sangat kecil dari tantangan yang ada
didalamnya.
4) Belajar
Faktor yang real dan benar-benar terlihat. Hal ini dijadikan sebagai
tolak ukur sebagaimana luas dan tinggi pengetahuan dan ilmu seseorang. Dalam dunia
kerja sangatlah diperlukan orang yang berwawasan luas dan memiliki ilmu
pengetahuan yang tinggi. Ini menjadi bekal utama, baik itu dalam menyelesaikan
pekerjaan maupun mengatasi masalah-masalah yang timbul. Hal ini yang membedakan
orang-orang yang terpilih setelah tes nanti dengan orang-orang yang mungkin
belum berhasil saat itu. Ya, belum berhasil, bukan gagal. Karena kesempatan
untuk mencoba peluang lain masih sangat banyak. Seperti pepatah, Belajarlah,
walaupun sampai dinegeri Cina.
5) Restu orang tua
Hal yang satu ini bersifat spiritual. Namun bukan hal yang perlu kita
abaikan. Saya banyak mendengar dari orang-orang yang saya anggap sudah sukses,
bahwa salah satu faktor penentu kesuksesan mereka itu adalah doa dan restu
orang tua. Saya sendiri punya beberapa pengalaman tentang hal ini. Dulu, ketika saya sudah berada di tahun kedua dengan
berstatus sebagai mahasiswi teknik sipil, saya berniat untuk mengikuti tes
masuk salah sekolah tinggi yang berstatus ikatan dinas. Bukannya saya tidak
betah atau tidak mampu dengan perkuliahan ala Teknik Sipil, namun saya tertarik
juga dengan kampus itu yang diberi status ikatan dinas. Tetapi, waktu hari tes
tiba, disaat yang sama Bapak saya akan mengikuti tes Pegawai teladan dan saya
pamit duluan untuk berangkat ke tempat tes, Beliau sempat mengatakan “Semoga
sukses nak. Walaupun sebenarnya saya lebih suka kalau kamu tetap kuliah di
jurusan kamu yang sekarang, teknik sipil”. Percaya atau tidak, soal-soal yang
saya hadapi itu menurut saya lebih gampang dibandingkan tahun lalunya, namun
hasilnya saya tidak lulus. Di lain waktu, saya mendapatkan informasi bahwa
salah satu Kementerian memberi kesempatan kerja, dan Orang tua pun sangat
mendukung niat saya, bahkan membantu saya pada saat pengurusan berkas-berkas
pelengkap. Dan sampai akhirnya hari pengumuman tiba dan saya dinyatakan Lulus. Dan
alhamdulillah disinilah saya bekerja sekarang.
Mungkin sebagian besar orang mengatakan itu hanya kebetulan. Namun saya
tetap yakin seyakin yakinnya bahwa ada andil doa dan restu dalam kesuksesan
seseorang, yang menyatu dengan usaha-usaha lainnya dalam meraih kesuksesan
tersebut.
6) Berdoa
Sebelum melakukan usaha-usaha diatas, mintalah restu dan ridho agar
semua usaha yang akan kita lakukan dapat menghasilkan sesuatu sesuai
dengan harapan. Dan Setelah melakukan
usaha-usaha tersebut dengan sebaik
mungkin, saatnya kita menyerahkan hasilnya kepada Yang Diatas. Berdoalah…. Tidak
bisa dipungkiri bahwa Dia adalah Penentu diatas penentu-penentu lainnya.
Yah..seperti itulah tips dari saya..
Benar atau salahnya isi artikel ini, tergantung dari bagaimana kita
melihatnya meskipun dari sisi yang berbeda. Tapi inilah sebagian kecil
penunjang kesuksesan yang dapat saya
paparkan sebagai kesimpulan dari kesuksesan orang lain, dan pengalaman saya. Ya…
pengalaman saya, bukan kesuksesan saya. Karena saya merasa masih belum sukses. Masih
terlalu banyak hal dalam kesuksesan itu yang belum saya raih.
semoga tulisan ini bermanfaat.
Thanks Readers..
Lebih dan kurangnya mohon dimaafkan..
Wassalam..