Assalamu Alaikum Wr. Wb.
dan selamat pagi readers.
Hari ini saya mau me-review film 'Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck'. ya berhubung judulnya ini review, re: ulang view: lihat, jadi saya akan melihat/memperlihatkan kembali cerita mengenai film ini. mungkin akan ada juga sedikit komen dari saya sebagai
pengamat penonton awam.
well, dimulai dari awal.
awal saya mengetahui bahwa bakal ada film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (yang selanjutnya akan saya sebut TKVDW), karena saya sedang datang lebih awal ke bioskop dan melihat trailers film yang masih
coming soon. waktu saya melihatnya, saya langsung saja mengingat pelajaran Bahasa Indonesia saya ketika masih kelas 2 SMP. Tiap kali masuk pelajaran ini, Guru saya selalu memberi pertanyaan yang sama yaitu: "Apa itu tema?". dan beliau akan menunjuk kami secara acak untuk menjelaskan kembali pengertian tema seperti yang pernah dijelaskan. dan, buku saya saat itu kebanyakan membahas dan mengambil kutipan-kutipan dari novel yang sama dengan judul film ini. dengan penulisnya yang bernama Hamka, yang masih saya ingat nama itu berupa singkatan dari nama asli sang penulis, H. Abdul Malik Karim Amrullah, ini juga kalau saya tidak salah ingat. memang, saya belum pernah membaca bahkan melihat novel ini secara fisik. dan saya termasuk penyuka buku semua genre, tapi saya jarang mencari-cari tahu tentang satu judul khusus kecuali jika memang direkomendasikan oleh orang tertentu. oke, jadi saya berencana menonton film ini hanya dengan bermodalkan sinopsis yang telah saya baca
di sini . dan saya akan mencoba mereview dari kacamata saya sendiri.
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pemutaran film diawali dengan monolog berbahasa mangkasara' oleh Zainuddin (yang diperankan oleh si ganteng
Herjunot Ali ). menjelaskan bahwa ia adalah seorang yang bersuku makassar dan blasteran minangkabau, yang sedang berencana menuju ke kampung halaman ayahandanya di negeri minangkabau. saya menyimpulkan sendiri bahwa Junot sangat berjuang untuk berusaha bisa berbahasa mangkasara' karena pelafalannya yang hampir sempurna meski dialeknya belum terlalu 'dapet'. selanjutnya plot sudah menunjukkan suatu tempat yang bernama Batipuh. disana zainuddin memiliki sanak keluarga, namun awalnya sempat keberatan begitu tahu ia akan tinggal disana beberapa waktu yang cukup lama. akan tetapi dengan sedikit 'penyelesaian' akhirnya ia diterima untuk tinggal disana.
dalam perjalanannya menyapu pandang dengan desa Batipuh ini ia melihat seorang gadis yang sangat menawannya. ia adalah Hayati (diperankan oleh
Pevita Pearce ). seorang gadis dengan latar belakang kebudayaan dan adat yang melekat begitu kuat pada diri dan keluarganya. dan hal inilah nantinya yang akan menjadi salah satu ujian cinta Zainuddin dan Hayati. iya, mereka pada akhirnya saling mengutarakan perasaan melalui surat yang selalu diantarkan melalui adik HAyati. (pesan: jangan melibatkan anak kecil untuk urusan percintaan secara dini :p ).
ketika pemuka-pemuka di desa itu mengetahui hal yang terjadi antara zainuddin dan hayati, mereka murka. marah. mereka menganggap Hayati tidak pantas untuk seorang zainuddin yang mereka daulat sebagai pemuda yang tak bersuku, pun tak memiliki pekerjaan yang layak untuk dapat menghidupi hayati nantinya jika mereka menikah. walaupun zainuddin akan datang secara baik-baik untuk melamar hayati, namun pihak keluarganya tidak menyetujui dan akan membuat perhitungan dengan si zainuddin. dan mendengar hal tersebut, sanak keluarga zainuddin menyuruh si pemuda ini untuk menjauh dan pergi dari desa Batipuh menuju suatu desa dimana ia dapat tinggal sekaligus untuk memperdalam ilmu Agamanya. zainuddin galau. pun hayati. akhirnya hayati menemui zainuddin untuk terkhir kalinya, di tempat zainuddin biasa menghabiskan waktu untuk menulis sajak-sajak ataupun gubahan-gubahan lainnya untuk hayati. ditengah keputusasaan zainuddin, hayati berjanji, bersumpah akan selalu menunggu zainuddin walau berapa tahun lamanya. meski menganggap sumpah hayati itu sangatlah berat, namun hal itu dapat mengobati pilu hati zainuddin dan kembali bersemangat untuk memperbaiki kehidupannya agar nantinya dapat menjadi yang terbaik bagi hayati menurut parameter sanak keluarga hayati sendiri. hayati pun memberi kerudung putih miliknya sebagai kenangan buat zainuddin sekaligus sebagai penyemangat dan pengingat akan janji mereka berdua. maka berangkatlah zainuddin
dengan sebuah lagu menuju desa lain.
di desa itu,zainuddin meretas kehidupan baru. ia tinggal bersama sanak keluarganya yang memiliki seorang anak laki-laki bernama Muluk (diperankan oleh salah satu personel band Nidji). hingga akhirnya ia menerima surat dari hayati yang akan datang ke desa itu untuk menemuinya karena ia akan ikut acara-acara keramaian di desa itu. hayati akan tinggal sementara waktu dirumah seorang teman akrabnya yang kehidupan pribadinya sedikit-agak modern. tapi bukannya bertemu dengan zainuddin, ia malah diperkenalkan dengan saudara/kakak temannya itu. ia adalah Aziz (dipernkan oleh Reza Rahardian) yang ternyata juga langsung menaruh hati pada hayati. namun ketika akan dilakukan perjodohan antara aziz dan hayati, aziz sempat menolak dengan alasan hayati hanya seorang gadis kampung yang tidak layak untuknya, seorang pemuda modern yang ke-belanda-belanda-an. namun sang adik, yang juga teman baik hayati itu berjanji akan membuat hayati menjadi seorang gadis-yang-lebih-modern lagi. dalam keadaan ini, lagi-lagi zainuddin dan hayati menjadi galau. meski hayati sempat menolak tapi toh akhirnya ia harus mengikuti kemauan para tetuanya di desa itu. dan jadilah pernikahan aziz dan hayati ini dilaksanakan. zainuddin menghibur diri dengan melarang hayati, ia berkata kalau nantinya pernikahan yang terjadi hanyalah pernikahan antara kekayaan dan kecantikan. hayati pun mengirimkan surat kepada zainuddin. ia akhirnya dengan sengaja menyakiti zainuddin dengan mengatakan bahwa ia dan zainuddin sama-sama berasal dari keluarga yang miskin dan tidak mungkin untuk menjalin suatu hubungan pernikahan sehingga ia harus lebih memilih aziz dan menyuruh zainuddin untuk melupakan semua yang pernah terjadi diantara mereka berdua. zainuddin frustasi. ia jatuh sakit. setengah waras. hampir saja ia gila menghadapi kenyataan bahwa hayati, orang yang sangat ia cintai ternyata sudah jadi milik orang lain. (sabar zainuddin. cinta memang tak harus memiliki. tapi percayalah, dengan memiliki, semuanya akan menjadi lebih indah.)
melihat situasi zainuddin yang semakin kacau, sanak keluarga zainuddin memanggil hayati untuk dapat bermurah hati menjenguk zainuddin yang telah dua bulan menderita depresi. namun keadaan semakin memburuk setelah zainuddin mengetahui bahwa hayati datang bersama aziz, sang suami. Muluk, sebagai orang terdekat zainuddin saat ini membentak, menyadarkan zainuddin bahwa ia harus mengakhiri keadaan ini. ia harus bangkit, memperbaiki diri. ia harus lebih baik dari ini. ia harus membuktikan kepada semua orang bahwa masalah ini tidak akan membuatnya terpuruk dan akan segera bangkit, agar suatu saat orang-orang yang telah meremehkannya harus menengadah keatas untuk melihat kesuksesan zainuddin. Muluk menyadari, zainuddin sangat berbakat dalam mengolah kata-kata menjadi syair yang indah. ia yakin dengan kemampuannya itu, zainuddin dapat merubah nasibnya jadi lebih dari sekarang ini. akhirnya, zainuddin pun sadar, ia harus segera bangkit. tapi ia harus pergi dari tanah minang, agar ia dapat sedikit melupakan tentang kenangan-kenangan pahit yang ia alami disini. maka dipilihlah tanah jawa sebagai tempat ia akan tinggal sekarang ini. this is zainuddin's brand new day. dan muluk juga ikut bersamanya.
zainuddin mulai menulis, menulis dan menulis. ia menceritakan pengalaman pahit dan manis kehidupannya selama ini dengan tulisan bersambung di sesebuah koran harian. orang-orang yang membacanya terenyuh. ikut terharu dan perasaan campur aduk. akhirnya, diterbitkanlah tulisan-tulisan itu dalam bentuk buku. dan penulis dengan inisial: Goebahan Z. hayati pun ikut membaca bukunya atas rekomendasi seorang teman padanya. rasa haru pun ikut menyelimutinya. dan di sisi lain, zainuddin diminta tolong oleh seorang pemilik penerbitan untuk menjadi pimpinan di perusahaan tersebut karena sang pemilik juga sibuk mengurusi perusahaan lainnya. kehidupan zainuddin pun mulai berubah. perlahan-lahan membaik. begitu juga dengan muluk, asisten zainuddin. mereka mulai menempati rumah sendiri, bak istana lengkap dengan fasilitas-fasilitas mewah lainnya. berpakaian bagus.
zainuddin yang dulu, bukanlah yang sekarang. dulu ditendang sekarang dia disayang.
(trus, mana kapal van der wijck nya?)
sabar... itu ada di akhir cerita. itupun hanya sedikit menyentil kisah dalam film ini.
dengan alasan pekerjaan, aziz dan hayati pun secara kebetulan hijrah ke
london tanah jawa. mereka mendapat undangan menghadiri 'opera teroesir' dari penulis buku yang selama ini dibaca oleh hayati. mereka pun menghadirinya. cerita yang diangkat dalam opera itu adalah saat dimana zainuddin (yang telah merubah nama menjadi shabir, karena ingin melupakan semua kenangan buruk didalam nama zainuddin selama ini) dan hayati berada di tepi danau sedang berjanji akan saling menunggu dan hayati memberi kerudung putihnya saat itu. dari kursi penonton terlihat hayati menitikkan air mata,
this is the JLEB moment. dan betapa terkejutnya mereka berdua ketika penulis yang dihadirkan di atas panggung yang megah itu adalah seorang pria tampan. ia adalah zainuddin alias shabir. dan secara tidak sengaja mereka bertatapan muka dan berbincang. zainuddin memperkenalkan mereka kepada khalayak ramai sebagai seorang sahabat. zainuddin berbincang seolah tidak pernah terjadi masalah sedikitpun antara mereka bertiga. sehingga timbullah niat aziz untuk memanfaatkan keadaan ini. ia lantas meminjam uang untuk dirinya kepada shabir. dan hayati hanya bisa menahan malu.
hari berganti hari, kondisi keuangan aziz semakin terpuruk. duit yang ia punyai dipakai untuk berjudi, berjudi lagi dan berjudi terus.
masih mending kalau keadaannya menang, lha kalo kalah? gimana dong?. penagih utang pun datang dan menyita rumah dan seluruh aset mereka. dan yang semakin memperburuk keadaan, ia dipecat dari perusahaan tempatnya bekerja karena ia sudah tidak pernah lagi masuk untuk bekerja, bahkan untuk sekedar setor muka. abaikan kalimat terkhir. finally, mereka pun minta tolong kepada shabir untuk dapat diberi tumpangan menginap di rumahnya yang megah itu. (lihatlah zainuddin. sekarang, mereka, orang-orang yang pernah meremehkanmu sedang melihat kearahmu, dari bawah. mereka menengadah untuk dapat melihat ke arahmu.). dan dengan senang hati shabir pun membiarkan mereka tinggal dan menganggap itu sebagai rumah mereka sendiri, kecuali di bagian ruang kerja. ada sesuatu yang tidak boleh diketahui sama orang banyak didalam sana.
karena sudah terlalu lama menumpang, aziz pun merasa malu, ia meminta izin untuk pergi mencari pekerjaan dan menitipkan hayati kepada shabir. namun, beberapa waktu kemudian, yang datang malah surat yang berisi talak kepada hayati dan merelakan hayati untuk kembali kepada shabir, dan dengan segera ia akan menghukum dirinya sendiri (baca: bunuh diri). namun shabir malah marah dan menolak, ia sudah berusaha melupakan kenangan lamanya itu. ia sudah bisa menerima kenyataan bahwa hayati sudah tidak bisa ia miliki dan telah menjadi milik orang lain. ia masih mengingat semua perlakuan semena-mena oleh hayati dan aziz saat itu. dan akhirnya ia menyuruh hayati untuk kembali ke tanah minang, kepada orang tuanya. seluruh akomodasi diberikan oleh shabir/zainuddin. hayati akan segera pulang dengan menggunakan Kapal Van Der Wijck.
malam sebelumnya, karena kasihan kepada hayati, muluk mengajaknya masuk kedalam ruang kerja, memperlihatkan apa yang selama ini disembunyikan shabir. iya. lukisan wajah hayati, dengan tulisan '
Permatakoe yang hilang'. ia menangis. tak menyangka, shabir ternyata masih saja mengenangnya. dan sebelum keberangkatannya menuju tanah minang, ia menuliskan surat untuk shabir, bahwa ia masih seperti yang dulu. semua rasanya masih ada dan terjaga untuk zainuddin seorang. ia hanya harus mengikuti semua alur untuk membahagiakan semua orang-orang yang ada disekitarnya saat itu. ia hanya terpaksa melukai hati zainuddin. apa yang terjadi tidak seperti yang ia rasakan yang sebenarnya.
Here is hayati. berada dipelabuhan bersama Muluk yang mengantarkannya sampai naik di Kapal Van Der Wijck. perasaan hayati campur aduk. dalam kesedihannya, ia harus meninggalkan orang yang masih menghuni hati terdalamnya. pergi. mungkin untuk terkhir kalinya. terakhir, hingga mungkin takkan bertemu lagi, dengan shabir. bukan. bukan shabir. tapi zainuddin. nama yang masih sedang ia perjuangkan namun telah akan sia-sia karena seseorang tersebut sudah terlanjur kecewa dengan semua yang terjadi di masa lalu. dengan firasat yang buruk, hayati berlayar dengan Kapal Van Der Wijck. menuju tanah minang. tanah kelahirannya. tanah kelahiran ayahanda zainuddin, dan tanah minang yang telah mempertemukan ia dengan orang se-istimewa zainuddin.
sementara itu, secara tiba-tiba terjadi goncangan di kapal yang ditumpangi hayati. dan berapa lama akhirnya kapal tenggelam, semua orang berusaha menyelamatkan diri. tak terkecuali hayati, namun karena kondisi dan situasi dalam kepanikan, hayati ikut tenggelam dengan foto shabir tergenggam ditangannya.
shabir yang baru saja selesai membaca surat dari hayati, segera sadar. sadar bahwa dalam dirinya pun masih mencintai hayati, segera akan meyusul hayati. namun, di headline surat kabar sudah membuatnya terkejut. Kapal Van Der Wijck tenggelam. ia langsung mencari informasi mengenai korban-korban dan ia pun menemukan sosok hayati dalam kondisi yang menyedihkan dan penuh luka. shabir pun akhirnya jujur akan semua perasaan dalam dirinya yang masih untuk hayati. hayati pun meminta maaf atas segalanya di masa lalu. shabir akhirnya ikhlas dan dengan senang ia dipanggil lagi dengan sebutan zainuddin oleh kekasihnya, hayati.
namun, karena keterbatasan tenaga medis dan kondisi hayati sudah semakin melemah, akhirnya nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Zainuddin kehilangan hayati untuk kedua kalinya dann untuk selama-lamanya.
plot kemudian terganti dengan lukisan di kamar kerja zainuddin. lukisan wajah hayati yang tulisannya telah berganti menjadi "
Permatakoe". meski sudah tiada lagi, namun permata zainuddin tidaklah hilang. ia masih merasa memilikinya. dan untuk mengabadikannya, rumah mewah yang sempat ia tinggali tersebut diubah menjadi Panti asuhan Hayati.
***
Alur ceritanya maju. tidak membingungkan, meskipun buat orang yang menonton tanpa pernah membaca novel sebelumnya. dan.. bagian tengah dan di akhir film yang sangat membuat terharu. kadang lagi adegan sedih juga,tetapi tiba-tiba penonton tertawa, ya karena ekspresi junot dalam membawakan karakter pemuda dengan latar belakang budaya dan dialek Makassar. kadang lucu juga jadinya. sekali lagi, ini review darisaya secara pribadi. perbedaan pendapat dan lain-lain itu adalah hal yang wajar. bukankah indah jika kita menghargai perbedaan. halah...
akhir kata, saya merekomendasikan untuk menonton film ini.