0

[Kenangan] Tentang, Mama. (bag. 1)

Posted by @misraaichaa on 09.53
Assalamualaikum Wr. Wb.

Ini adalah posting pertama yang saya tulis di tahun 2015. Sekarang sudah lebih separuh dari tahun sekarang yang telah berjalan. Bukan, saya bukan tak punya waktu untuk menulis. Tapi, entah bagaimana membahasakannya. Tahun ini terlalu sendu buatku. Buat keluarga besarku.

Banyak sudah yang berubah dari tahun sebelumnya. I'm married now. Desember tahun lalu. Namun, belum lagi saya sempat menuliskan kisah-kisah bahagia ini, saya ditampar dengan kenyataan buruk. Kehilangan. Saya kehilangan sosok panutan dan malaikat saya di dunia. Beliau yang kupanggil dengan sebutan, Mama.

Mama sakit.
Menjelang beberapa bulan sebelum hari pernikahan saya, mama masih dalam keadaan sehat wal afiat. Sebagai orang tua, sudah pastilah, sebagian besar urusan pernikahan saya diurus oleh Mama. Walaupun banyak hal juga yang saya urus sendiri. Seperti kata orang-orang banyak, menjelang pernikahan biasanya ada-ada saja cobaannya. Begitu juga dengan yang saya alami. Penyesuaian jadwal, ini itu dsb. Yang tentunya sangat menguras fikiran. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar sesuai yang diharapkan.

Sebulan sebelum resepsi, Mama mengeluh sakit di bagian perut. Mama sempat dirawat di rumah sakit setempat dengan diagnosa Maag. Dan kondisi kesehatan menjelang hari H sedikit menurun namun, kebahagiaan pada saat pernikahan saya dapat sedikit mengobati dan menghadirkan kebahagiaan di wajah beliau. 3 hari setelah resepsi, Bapak dan keluarga lainnya merekomendasikan untuk membawa mama berobat di salah satu dokter ahli di Makassar. Berhubung adik saya masih ada yang sekolah, jadi saya dan suami di minta tinggal dirumah untuk menemani, mumpung saya dan suami juga masih dalam keadaan cuti. Jadilah Bapak, Kakak dan Adik saya menemani mama berobat dan setelah berobat hari itu besoknya balik lagi ke Bulukumba.

Kondisi kesehatan mama semakin menurun, tetapi kami sekeluarga tetap berfikir positif dan terus berusaha yang terbaik.

Akhirnya saya harus kembali ke Makassar. Dan keesokan harinya, saya menerima kabar bahwa Mama kembali di rawat di RS setempat. Beberapa kali saya brencana untuk kembali ke kampung halaman untuk menjenguk sekaligus merawat Mama, tapi kedua orang tua melarang dengan alasan kondisi mama sudah membaik dan lagipula baru 2 hari yang lalu saya ke Makassar dan Suami sudah harus kembali bekerja.

Tanggal 22 Des 2014
Hari itu, hari Ibu. Dan seperti biasa, Bukan hanya di hari biasa saya selalu berkomunikasi dengan orang tua, tetapi juga di hari-hari special saya mengirimkan sms ucapan untuk mama.
"Asslm.. Selamat Hari Ibu, Ma..
Terimah kasih atas semuanya selama ini, Ma.
Sampai saya bisa menjadi seperti yang sekarang.
Satu-satunya  harapanku di hari ibu kali ini, Semoga cepatki sembuh, Ma. Sehat-sehat kembali.
Dan beraktifitas kembali seperti semula..
Love you, Mama.."

Ini petikan sms saya kepada mama. Mungkin di kesempatan lain saya bisa mengupload screencapture nya.

Karena sms yang saya kirim sepertinya tidka dibaca dan ternyata handphone mama tidak aktif, saya menelpon Bapak. Dan ngobrol panjang juga dengan Mama. Mengucapkan doa-doa untuk kesembuhan Mama.

Kegelisahan saya semakin menjadi-jadi setelah 2 hari setelahnya Mama masih dirawat di RS. Sayapun pamit kepada suami untuk pulang ke kampung halaman menjenguk dan merawat Mama. Dan yang membuat saya semakin kaget, setelah menempuh perjalanan 3 jam lebih, setibanya dirumah, tante saya menelpon memberi kabar bahwa Mama akan di rujuk ke salah satu RS di Makassar saat itu juga. Saya meng-iya-kan. Demi kesembuhan mama, rasa capek tidak saya perdulikan lagi. ini tidak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan Mama untuk saya selama ini.
Akhirnya saya bersama salah satu tante saya (adik dari Mama saya) dan 1 orang petugas RS ikut bersama Mama di Mobil AMbulans menuju Makassar. Sedangkan Bapak dan saudara-saudara saya mengendarai mobil lain.

Sepanjang perjalanan tiada henti mulut dan hati ini berdoa untuk kesembuhan Mama. Tangan saya melingkar di bahu mama yang terbaring lemah, mengusap lembut berharap dapat menenangkan Mama dan menghilangkan rasa sakit. Memeluk Mama yang kesakitan. Sesekali terdengar rintihan Mama menahan sakit. Raut wajah cantiknya saat itu hanya bisa menunjukkan kesakitan yang amat sangat. Sesekali air mataku menetes namun tetap tertahan agar Mama tidak semakin bersedih. Saya harus tetap terlihat kuat di depan Mama. di benak saya hanya ada satu, tiba dengan cepat dan selamat di RS tujuan agar Mama segera mendapat penanganan medis.

Penolakan beberapa rumah sakit yang membuatku kecewa.
Akhirnya kami tiba di RS tujuan. Namun, lagi-lagi kesabaran saya dan keluarga di uji. Pihak RS menolak menerima rujukan RS asal, dengan alasan tidak ada kamar yang kosong. Saya sempat berdebat, menyampaikan bahwa kondisi  Mama sudah semakin melemah, perlu perawatan segera. Namun tetap dengan jawaban yang sama. Dan akhirnya kembali di rujuk ke RS lain. Sekadar gambaran, Mama saya masih menahan sakit dan kondisi di dalam mobil ambulans sangat lemah. Sehingga saya berkeras untuk segera ditangani walaupun hanya di UGD saja untuk sementara, setidaknya ada penanganan serius dari RS.

Saya kembali ke dalam ambulans, Saya memendam kekecewaan. Saya yakin wajah saya saat itu sudah tidak mampu menyembunyikan rasa marah. Kenapa pihak RS tidak segera menangani Mama saya agar segera mendapat perawatan dan pengobatan? Mama tidak berkata apa-apa, tapi matanya menatap saya, membuat saya iba melihat kondisi Mama sekarang. Mama yang dahulu tegar, sehat, kuat, merawat semua anak-anaknya, mengajar murid-muridnya, kini terbaring lemah dan ditolak pihak RS. Air mata saya menetes, namun saya segera menghapusnya. Saya memeluk Mama lagi dan menoleh ketempatlain, menyembunyikan wajah saya yang menggambarkan perasaan saya saat itu.

Akhirnya kami tiba di RS kedua. Perawat disana langsung membawa masuk ke UGD, namun belum ada penanganan serius. Perawat magang/praktik mengecek tekanan darah dan mencatat biodata Mama saya. Setelah itu, datang membawa obat sesuai dengan indikasi yang telah diperiksa. Namun belakangan saya bertanya, ternyata itu 'hanya'lah obat penambah nafsu makan. Berselang waktu, datanglah dokter jaga. Memeriksa secara visual, dan tidak lama kemudian duduk  di mejanya dan memanggil perawat dan menginstruksikan bahwa Mama tidak dapat diberikan perawatan lanjut di RStersebut. Katanya, tidak ada kamar yang kosong. Saya kembali ke tempat tidur Mama. Menyampaikan bahwa kami akan pindah RS lagi ke RS yang dijadikan pusat rujukan, dengan kata lain, walaupun kamar inap tidak tersedia karena penuh. Mama hanya diam, hanya Mata beliau yang mengatakan bahwa beliau sudah lelah. Perjalanan dari RS asal ke kota ini menempuh 2,5 Jam, dimana saat ini sudah seharusnya mama mendapat pengobatan sesegera mungkin namun kenyataannya kami masih berjibaku dengan penolakan-penolakan.

Sehingga, kembali kami harus  menuju RS dan diterima di RS terakhir. Awalnya sempat mengecewakan, karena sebagai PNS, pembayaran asuransi kesehatan Mama sudah pastilah dibayar terus dan pada saat menerima pelayana sangat tidak layak. Mama sebagai PNS golongan IV/b harusnya dirawat di kamar perawatan yang lebih layak dibandingkan dengan kamar yang berisikan 6 orang pasien. See? Bagaimana perlakuan sistem.

Sehari setelahnya, seorang keluarga saya melaporkan hal tersebut dan akhirnya Mama dipindahkan ke kamar perawatan yang setidaknya hanya berisi 4 orang.

Kami terus berada di sisi Mama. Bapak, Kakak, Saya dan Adik serta Tante dan keluarga lainnya secara bergantian menjaga Mama di RS ini. Bahkan terkadang Bapak dan Kakak serta keluarga lainnya hanya beristrahat di dalam mobil yang diparkir dalam parkiran RS karena  untuk menjaga-jaga hal lain yang mungkin terjadi di malam hari.

Semua aktifitas Mama hanya dapat dilakukan di atas tempat tidur ruangan RS ini.

Selama kurang lebih 2minggu Mama di rawat di RS ini. Meskipun pelayanan perawatan atau pengobatannya tidak terlalu memuaskan, namun kami meyakini bahwa tim Medis sudah melakukan yang terbaik.

Beberapa penanganan segera dilakukan. Karena indikasi penyakit dalam.

Beberapa kali Mama harus melakukan proses CT Scan


Hanya berita baik yang saya sampaikan kepada Mama.
Selama di rawat, beberapa kali Mama melewati masa-masa sulit. Di tengah-tengah kekhawatiran, saya tetap optimis Mama bisa sembuh. Setiap kali keadaan Mama memungkinkan, saya selalu mengajak Mama ngobrol sedikit demi sedikit. Menyampaikan berita-berita baik saja. Sebisa mungkin kami tidak memperdengarkan hal yang kurang baik. Support terus kami lakukan. Meyakinkan Mama dapat sembuh. Memberi sugesti-sugesti positif.

Dokter sempat menyampaikan akan di transfusi. Saya sudah menyampaikan ke teman-teman jika saja bank darah RS tidak memiliki persiapan unsur darah yang dimaksud. Dan betul, saya harus ke UTD untuk mencari unsur darah yang akan ditransfusi kedalam tubuh Mama. Saya lupa, unsur darah apa, yang saya ingat waktu itu dokter mengatakan ini untuk memperlancar pembekuan darah yang terjadi ditubuh Mama. Dan Alhamdulillah tersedia di UTD.

Di sini saya mendapatkan unsur darah yang harus di transfusikan

Di tempat duduk saya saat itu berfikir dan mengucapka terima kasih kepada orang-orang yang selalu menyempatkan diri mendonorkan darahnya

Namun masa kritis datang lagi, kesakitan Mama amat sangat terasa. Terlihat Mama kesakitan dan tidak ada tindakan dokter yang mampu meredam kesakitan. Disela-sela rintihan Mama, terdengar bahwa Mama minta dipulangkan ke kampung halaman. Kami berusaha membujuk.agar Mama tetap bertahan dan melanjutkan pengobatan, karena kami masih menyimpan harapan kesembuhan untuk Mama. Namun, pada akhirnya, kami pihak keluarga menyetujui karena Mama terus merintih kesakitan dan mengatakan sudah tidak sanggup lagi menahan ini semua dan tidak kuat lagi. Saya, sebagai orang yang terakhir menyetujui akhirnya mengiyakan karena Mama terus memohon untuk dipulangkan. Saya mengiyakan, iya. Dan setelah itu, pecahlah tangis saya di ruang belakang kamar RS. Saya mengingat, sangat tidak mungkin kondisi Mama yang sekarang untuk menempuh perjalananan kembali ke Kampung halaman. Bukan saya tidak percaya, tetapi kondisi Mama akan semakin lelah. Entah kenapa, kekhawatiran saya saat itu, semakin menjadi-jadi.

Sepanjang perjalanan saya menggenggam tangan Mama. Berdoa yang terbaik untuk Mama. Semua yang terbaik untuk Mama.

I'm belong with you, Ma.. Kangen sama sentuhan tangan ini..
Akhirnya tiba juga di kampung halaman, sudah banyak tetangga dan kerabat dekat yang menanti kedatangan Mama. Mereka berharap Mama pulang dalam keadaan lebih baik dan sehat.


Masa-masa sulit, harus kami lalui. Bersama.
Silih berganti, tetangga, keluarga, dan teman datang menjenguk dan mendoakan kesembuhan Mama. Dirumah. Kenapa dirumah? Sewaktu kami tiba di rumah, kami bertanya kepada Mama. Membujuk beliau agar kembali di rawat di RS daerah kami. Tapi lagi lagi Mama menolak, dan meminta untuk istrahat saja di rumah. Tapi, kami tidak tinggal diam. Kami masih terus berusaha. Memberikan usaha-usaha terbaik. Dokter keluarga pun kami datangkan. Semua pengobatan masih terus kami berikan, walaupun itu hanya kami lakukan di rumah.

Sebisa mungkin kami semua berada di sisi Mama. Sesekali Mama terlihat ingin membalikkan badan, kami membantu membalik badan beliau. Kondisi yang lemah membuat Mama tidak bisa melakukan aktivitas bahkan membalikkan badan sendiri.

Bergantian, saya dan saudara serta keluarga lainnya menyuapi Mama dan memberi minum. Kami sedapat mungkin memenuhi semua kebutuhan dan keinginan Mama. Bahkan sepupu atau keluarga lainnya yang seringkali disebut namanya saat Mama sedang mengigau, kami hubungi dan memintanya datang. Dengan harapan dapat memberi semangat lagi kepada Mama.

Saat itu, status saya di kantor masih dalam keadaan cuti karena melaksanakan pernikahan. Saya sangat bersyukur saat itu dapat menemani hari-hari mama (yang ternyata) di akhir hidupnya. Saya selalu berfikir positif dan berusaha melakukan semua yang kami yakini dapat membuat Mama kembali pulih dan sehat seperti sediakala. (Bersambung)



**********************






(MAMA) ANUGERAH TERINDAH YANG PERNAH KUMILIKI


Melihat tawamu
Mendengar senandungmu
Terlihat jelas di mataku
Warna-warna indahmu


Menatap langkahmu
Meratapi kisah hidupmu
Terlihat jelas bahwa hatimu
Anugerah terindah yang pernah kumiliki


Sifatmu nan s'lalu
Redakan ambisiku
Tepikan khilafku
Dari bunga yang layu

Saat kau disisiku
Kembali dunia ceria
Tegaskan bahwa kamu 
anugerah terindah yang pernah kumiliki


Belai lembut jarimu
Sejuk tatap wajahmu
Hangat peluk janjimu,
Anugerah terindah yang pernah kumiliki
















0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 G A L A X Y All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.