0

Happy birthday....

Posted by @misraaichaa on 22.20

(bawa kue ultahnya dan sukses membuat saya surprise tengah malam, thanks lots. *terharu*)



Ekspresi..
(mereka dengan muka segarnya, dan saya dengan muka bantalku. iya..)



 Kue pemberian mereka yang lilinnya sudah ditiup dengan susah payah :')
Tulisannya pun plus nama lengkap, titel dan......................................UMUR.


Makaaaaaaaaaaasiiiiiiiiiiih ciput :*

Our togetherness.... :')


Semoga semua doa2 dan harapan dari orang2 tersayang dikabulkan dan menjadi nyata. Amiin.

26th










0

Barry, teman SMP-ku

Posted by @misraaichaa on 11.08 in
Malam ini aku tak se-begadang biasanya. Entah apa yang membuatku masih menari-nari-kan jemari di atas keyboard. Mengutak atik blog, akun twitter dan sekedar searching berita-berita penting hari ini.

Waktu menunjukkan pukul 11.23 PM ketika gadget usang ini memperdengarkan ringtone "Kau bawa diriku kedalam hidupmu, kau basuh diriku dengan rasa sayang. Senyummu juga sedihmu adalah hidupku. Kau sentuh cintaku dengan lembut, dengan sejuta warna..". Iya, cukup lama aku mengamati nama yang tertera di sana. Sebuah nama yang kurasa akan mencoba membangkitkan lagi tentang kenanganku, meski ku tahu kadar tidak benar juga akan lebih banyak aku dengar lagi jika kuangkat telepon itu. Barry Gila. Itu nama yang ku simpan untuk inisial kontak untukmu. Maaf jika kutambahkan kata terakhir itu, aku pernah benci padamu.

Akhirnya kuputuskan untuk memulai pembicaraan..

"iya, halo"
"halo, selamat malam" ujarmu di ujung telepon.
"Iya, selamat malam"
"Gimana kabarmu? Sudah agak lama tidak mendengar suaramu. Jadi kangen juga"
"Aku baik-baik saja. Ah, masa sih? Perasaan beberapa bulan lalu kita pernah bertemu di pantai itu.."
"Iya, maksud aku suara kamu di telepon."
"oooh.." Aku masih mencoba cuek.

*tiba-tiba ingatanku menerawang ke beberapa tahun silam*



***

Ketika itu, kita masih saling memiliki. Tapi aku kadang kapok juga dengan kebohongan-kebohonganmu. Hingga akhirnya aku meminta tolong teman kost untuk "menguji"mu. Saat itu bulan Oktober telah berlalu, dan amazingnya, kamu melupakan bulan kelahiranku itu. Tapi it's okay. Aku tidak mempermasalahkannya. Aku hanya makin menjadi-jadi untuk "menguji" kamu.
"Met, aku mau minta tolong nih." Kataku pada Meta, teman kost yang angkatannya 2 tahun dibawahku, namun kami kuliah di universitas yang berbeda.
"Mau minta tolong apa Mbak?"
"Nggak. Nggggg.... nggak usah serius begitu ah. Ini menyangkut Barry. Pacarku."
"Oh..Ada apa dengan Mas Barry?"
(Akhirnya kujelaskanlah semua tentang keraguanku)
"Ohh..jadi selanjutnya Mbak mau gimana?"
"Itulah Met, aku mau minta tolong sama kamu. Kamu pura-pura salah nomor tujuan telepon sampai akhirnya kamu ajak dia kenalan dan selanjutnya nanti aku ngaih tau kamu lagi."
"Hmmm...memangnya nggak kenapa-kenapa tuh Mbak?"
"Iya. Sebenarnya, dari dulu aku tuh percaya banget ama dia. Cuma belakangan ini memang dia udah agak berubah. Nah, aku masih mau meyakinkan diriku kalo emang dia masih seperti dulu."
"Baiklah Mbak.."

Singkat cerita akhirnya mereka berkenalan via handphone. Hingga akhirnya akrab meskipun belum pernah bertemu sebelumnya. Akupun masih biasa saja dengan dia. Hubungan kami masih lancar meskipun kami jauh.

Dan suatu hari, Meta datang ke kamarku.
"Mbak, emang sebenarnya lagi ada masalah apa sama Mas Barry?"
"Kenapa emangnya? Dia ngomong apa lagi?
Meta membuka inbox handphone nya dan memperlihatkan sms-sms yang masuk beserta balasan-balasan yang ia kirimkan.


"Dek, sebenarnya aku udah punya pacar, namanya Illiana. Tapi hubungan kami udah di ujung tanduk. Kami LDR (Long Distance Relationship). Sudah tidak ada lagi kepercayaan diantara kami."

Kira-kira seperti itulah curhatan Barry ke Meta via sms. Walaupun aku masih tak mengerti mengapa ia bilang kalo hubungan kami itu sudah di ujung tanduk. Aku merasa kami baik-baik aja. Bahkan sampai sesaat sebelum Meta menunjukkan smsnya padaku.

Meta akhirnya menceritakan juga hal-hal yang mereka bicarakan ditelepon semalam. Dan pada akhirnya, sambil tertawa dia bilang kalo Barry memintanya jadi pacarnya. What?! Mereka bahkan belum pernah bertemu. Aku masih menahan rasa kecewa.

"Ya terserah kamu sekarang. Mau gimana?"
"Lho? Aku nggak ada perasaan apa-apa Mbak. Aku murni cuma ngebantuin Mbak Illy. Ketemu aja belum pernah kan? Dan meskipun ketemu juga kan aku nggak bakal mau."
"Iya, udah. Nanti deh ya kita selesaikan semuanya ini. Kita atur sehingga kita bisa bertemu bertiga."
"Iya Mbak. Lagian aku juga udah bosan. Mendengar kebohongannya tiap saat."
"Hahahaha..." Aku cuma bisa tertawa. Tawa kepahitan.

Beberapa bulan kemudian, sehari setelah tahun baru, aku berhasil membuat setting sehingga kami bertiga akhirnya bisa bertemu di jalan depan kost kami. Iya, Barry datang ke kota ini. Ia datang karena ingin bertemu Meta. Bukan karena ia kangen padaku, seperti ucapnya ditelepon semalam. Aku hampir aja tak bisa menahan tawa melihat mukanya yang kebingungan. "Kena kau..!!" Ucapku dalam hati. Dan singkat cerita, hampir seminggu kami membahas ini dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak lagi berhubungan dengannya. Inilah terakhir kalinya kami putus tanpa ada kata nyambung lagi, seperti kemarin-kemarin.

Tiba-tiba mengalun suara Glenn Fredly...
...Kisah kita berakhir di Januari...

***

"Halo... Halo...." Suaranya setengah berteriak, masih dari ujung telepon.
"Eh iya, kenapa? Sorry.. sorry..."
"Mmmm.. Aku minta maaf ya sama kamu. Aku yakin selama ini banyak salah ke kamu. Aku takut kalo nantinya sudah tidak ada kesempatan lagi meminta maaf sama kamu"
"Iya, sama-sama ya. Aku juga meminta maaf atas semua kesalahanku." Aku sudah mulai membiasakan diri. Meskipun sempat heran juga kenapa kali ini Barry terus-terusan meminta maaf.
"Oh iya, aku masih sering mencari-cari kamu lho selama ini. Tiap bertemu teman lama, aku menanyakanmu, kali aja mereka pernah bertemu denganmu supaya aku tau gimana kabar kamu sekarang."
"Hahaha..masa sih?" Aku tersenyum. Kamu mulai berbohong lagi, sepertinya.
"Iya, kamu aja kali yang nggak pernah nyariin aku."
"Idih, ngapain juga aku nyariin kamu. Nyuci pakaian bertumpuk aja aku bisanya seminggu sekali, mana ada kesempatan buat nyariin kamu" Aku ngeles sebisaku. Memperlihatkan seolah aku percaya.
"Oh iya, gimana hubungan kamu dengan pacarmu?"
"Hah? Pacar yang mana?
"Ah.. nggak usah kaget gitu lah.. Yang waktu beberapa bulan lalu, waktu kita ketemu dipantai itu kan?"
"Lho? Mereka semua itu teman kantorku. Aku nggak pacaran sama teman sekantor. Takut nggak konsen." Kubuat percakapan menjadi seringan mungkin. Mencoba membuat semua biasa-biasa saja.
"Ah masa sih? Waktu itu kan teman sekantor kamu nyamperin aku, dia bilang kamu pacaran sama dia."
Aku ngakak sesaat. "Dia itu emang suka bercanda. Beda agama pula sama aku. Mana mungkin aku sama dia. Eh, tapi kalo emang aku sama dia, kenapa? Kok kamu nanya melulu sih?"
"Nggak, soalnya aku emang udah feeling, kalo kamu sama dia. Ngaku ajalah."
"Emang apa untungnya aku bohong?" Capek deh.
"Kalo emang kamu udah punya seseorang, dan dia baik, kamu sama dia aja. Aku mau kamu duluan yang menjalani hidup bersama orang yang kamu sayang."
"Kok jadi bahas ginian sih? Aku sih masih belum kepikiran. Belum ada orangnya juga. Kamu aja yang duluan. Secara kan kamu udah punya calonnya. Siapa tuh namanya, si junior..." Aku mengajaknya becanda.
"Aku udah nggak sama di lagi. Udah lama kami udahan."
"Nggak usah boong lah. Aku tau kamu." Akhirnya terucap juga tebakan bohong dari aku.
"Kali ini aku serius. Makanya aku bilang kamu duluan aja."
"Idih apa-apaan sih kamu. mikirnya kesana melulu."

(pembicaraan masih terus berlanjut. Entah kenapa dia jadi suka membicarakan tentang kami, yang dulu-dulu. Dia mulai bercerita tentang pekerjaannya dan bertanya juga tentang pekerjaanku. Dia juga menceritakan tentang teman SMA ku yang selalu mensupport hubungan kami berdua. Dan lain-lain yang masih aku anggap kalo semua itu hanya cerita bohong, untuk menyenangkan hatiku saja, atau mungkin untuk tujuan lain yang aku tidak tahu itu apa.)

Akhirnya,
"Yaudah, nanti aku telepon lagi yah. Kamu harus tidur sekarang. Kamu gak boleh capek. Jaga kesehatan kamu. Nggak boleh sakit." Nasehatmu.
"Iya..iya. Nih sebentar lagi juga tidur kok. Kamu juga, jaga kesehatan yah. Kan kamu orang kesehatan.."

Singkat cerita, telepon pun terputus.
Aku masih berfikir-fikir, "Ada apa yah dia tiba-tiba meneleponku dan terus-terusan meminta maaf sepanjang pembicaraaan kami tadi?"

Akhirnya, kuambil lagi teleponku. Aku mengetik sms untuknya.
"Bagaimanapun nanti kedepannya, Dengan siapapun aku nanti dan dengan siapapun kamu nanti, aku cuma mau kita tetap berhubungan baik."
SENDING....
Kukirim sms ini untuk dia, teman sekelas semasa SMP.


Pagi ini, kubuka logs di gadget usang ini. Aku mengecek panggilan masuk semalam, meyakinkan aku kalo yang semalam itu bukan mimpi. Terlihat tulisan:
"Yesterday 11:23 PM. Duration 0:26:55"


***

























0

Menunggu pagi, Alexandria

Posted by @misraaichaa on 08.12 in
"Aku sayang kamu sejak kamu disitu, sampai sekarang..!! Kamu tuh nggak tau kayak apa aku sayang kamu..!! Kamu tuh nggak pernah..."

"Itu dia masalahnya, Gas. Aku nggak pernah bener-bener tau. Aku nunggu, Gas. Nunggu..!! Tapi akhirnya aku sadar satu hal, Kamu nggak sesayang itu sama aku." ........... "Kamu nggak sesayang itu sama aku. Aku nggak akan milih siapa-siapa."

0

Bintang di Surga

Posted by @misraaichaa on 07.59 in
Masih ku merasa angkuh, terbangkan anganku jauh
Langit 'kan menangkapku, walau 'kan terjatuh

Dan bila semua tercipta hanya untuk ku merasakan semua yang tercipta
Hampa hidup terasa

Lelah tatapku mencari hati untuk ku membagi, menemani langkahku, namun tak berarti

Dan bila semua tercipta tanpa harus ku merasakan cinta yang tersisa
Hampa hidup terasa

Bagai bintang di surga dan seluruh warna dan kasih yang setia dan cahaya nyata

Oh, bintang disurga... 
Berikan cerita dan kasih yang setia dan cahaya nyata

0

Humor

Posted by @misraaichaa on 22.52 in ,
Pada suatu hari, ada seorang anak muda dari pelosok desa yang menang sebuah undian produk elektronik.
dia memenangkan undian jalan-jalan ke luar negeri, ke sebuah negara yang sangat berkembang. Sebut saja namanya si A. Si A diperbolehkan mengajak dua orang teman lainnya untuk ikut bersama menikmati hadiah undian tersebut. Maka diajaklah si B dan C. Dengan semua biaya menjadi tanggungan perusahaan elektronik tersebut.

Singkat cerita, ketiganya sudah berada di Negara X tersebut. Mereka diberi bonus untuk tinggal di hotel mewah berlantai banyak, sekitar lima puluh-an lantai. Mereka menempati kamar di lantai 45.

Suatu hari, mereka diajak jalan-jalan mengelilingi kota di negara tersebut. Mereka terkagum-kagum dan takjub akan moderenisasi pembangunan disana. Mengunjungi tempat-tempat bersejarah, tempat rekreasi, dll.
Akhirnya karena kelelahan merekapun pulang ke hotel tempat mereka menginap. Dan something trouble. Ternyata hotel tempat penginapan mereka lagi kena giliran pemadaman bergilir (ternyata di negara mewahpun ada pemadaman bergilir. Ya, anggaplah seperti itu). Dan pada saat yang bersamaan genset pun mengalami kerusakan sehingga satu-satunya jalan untuk naik ke kamar mereka di lt.45 adalah dengan naik melalui tangga manual. Bayangkan.

A: Bagaimana nih? kalau kita menunggu mungkin saja akan lama. Lebihh baik kita naik melalui tangga yang ada.
B: Wah, bisa-bisa tiba diatas nanti kita sudah sekarat karena ngos-ngosan. Ini lantai 45 lho.
C: Jadi bagaimana? Kita kan harus kembali ke kamar.
A: Ya udah, begini saja. Kita bagi 3 perjalanan ini. Nanti dari lantai 1 sampai 15 saya akan cerita yang lucu-lucu biar perjalanan tidak terasa dan kita lebih santai. Trus selanjutnya si B lanjut lagi cerita horor yang seram-seram gitu sampai lantai 30, biar perjalanan agak cepat nantinya kalau kita sudah ketakutan, biar perjalanan juga tidak terasa capek. Nah terakhir si C lanjut cerita sedih sampai nanti kita tiba di lantai 45. Kan supaya kita agak pelan jalannya dan lebih santai.
B & C: Okelah..

Akhirnya mereka memulai perjalanan melewati tangga menuju lantai 45. Semua lancar-lancar saja. Selama dari lantai 1-15 si A cerita yang lucu terus sampai mereka ketawa terpingkal-pingkal saking lucunya. Sampai tidak terasa akhirnya mereka sudah berada di lantai 15. Lalu si B melanjutkan dengan cerita yang horor dan paling seram, merekapun ketakutan sampai tidak terasa kadang-kadang mereka berlari ketika menaiki tangga. Meskipun dengan tertatih-tatih, tapi sampai jugalah mereka di lantai 30.

Terakhir, ketika giliran si C, dia tiba-tiba termenung. Raut mukanya sangat sedih. Tiba-tiba ia menangis, sambil berjalan melalui tangga untuk melanjutkan perjalanan ke lantai 4. Teman-temannyapun ikut sedih. Saking sedihnya si C sudah tidak mampu berkata apa-apa. A dan B pun terus bertanya ada apa. Namun si C tidak sanggup berkata-kata, Hanya tangisan sedih dan pilu.

Akhirnya dengan bersusah payah mereka menginjakkan kaki di anak tangga terakhir, lantai 45. Si A dan B masih penasaran. Sehingga dibujuknyalah si C agar mau menceritakan kenapa dari tadi dia hanya menangis sedih sepanjang perjalanan?. Dan masih dengan terisak dan raut sedih diwajahnya ia berkata "BAGAIMANA SAYA TIDAK BERSEDIH? KUNCI KAMAR KITA KETINGGALAN DI LANTAI SATU"



















































Copyright © 2009 G A L A X Y All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.