0

Day 3: A Memory

Posted by @misraaichaa on 15.21

A memory. Tepat di bulan yang sama dengan hari ini. September, 6 (enam) tahun yang lalu. Dengan atmosfir yang sama, HARHUBNAS. Tapi, kali ini saya tidak akan membahas HARHUBNAS nya :)

Bhaiqlah kita mulai.

Akhirnya, saya memutuskan untuk memasang aplikasi BBM di hp android saya. Sebelumnya, saya tidak pernah (berniat) menggunakan hp dengan merk yang mengusung messager itu. Ternyata di sana sudah ada grup bersama teman-teman SMA. Entah siapa juga yang meng-invite saya masuk ke grup itu. Dan akhirnya saya ngasal meng-add / save kontak teman-teman SMA.

Secara parallel, di akun Instagram (yang saat itu masih bebas dan ngasal meng-add dan meng-accept teman-teman), saya mutual friend sama salah seorang teman SMA. Yang ternyata salah satu kontaknya saya add di BBM.

 

Hari itu, Selasa. (16 September 2014)

Tiba-tiba ada notif pesan yang masuk. Menkonfirmasi apakah saya adalah benar orang yang dia maksud atau bukan. Hmmm… modus.

Setelah itu, percakapan berikutnya, dia menanayakan tentang Mama saya. Hahahaha..

Karena, di akun ig saya sering mengunggah foto-foto kebersamaan keluarga, termasuk bersama orang tua. Dia bertanya, mungkin untuk memastikan saja, apa benar Mama saya adalah gurunya sewaktu SD atau bukan. Percakapan berlanjut hingga akhirnya dia yakin bahwa benar Mama saya adalah gurunya. Karena sudah larut malam dan harus istirahat, sebelum mengakhiri  chat, dia nitip salam buat ibu gurunya. Dan………………. Anak dari gurunya. Katanyaaa…

Sejak itu, kita berdua intens chat dan kadang-kadang juga dia menelpon. Meski di kepala saya masih bertanya-tanya dan kadang kayak… dia ini idola wewe-wewe jaman SMA trus saya yang begini sangat biasa saja dan jarang keluar kelas jaman dulu. Salah satu momen alayyy yang selalu saya ingat, waktu telponan dia bilang “Ini ada pesawat lewat di atas rumah saya. Sebentar lagi mau lewat di atas rumahta’ (rumah kamu) itu”. Waksss.

Hingga dia memberanikan diri mengajak ketemuan untuk pertama kalinya, 4 (empat) hari berikutnya.

Hari Sabtu.

Daannnnn.. Hari sabtu waktu itu ada rangkaian kegiatan HARHUBNAS 2014 dan seluruh pegawai diimbau untuk turut andil ikut jalan santai, termasuk saya. Dan, di janjian pertama, saya ngaret. Diluar dugaan karena ternyata kegiatan ini selesainya agak lama. Padahal janjiannya siang. Saya merasa bersalah juga. Meminta dia untuk pulang dulu karena sudah  menunggu lama sejak urusan kerjaannya selesai hari itu. Tapi dia bilang mau menunggu saja. Dan akhirnya plan B berjalan. Yang tadinya janjian mau ketemuan di rumah saya, berganti jadi ketemuan di rumah teman kantor saya yang dekat dari tempat kerja teman SMA saya ini. Sumpah, kucel banget. Style pake baju olahraga lengkap. Saya sempat minta waktu untuk pulang mandi dan siap-siap dulu tapi katanya tidak apa-apa karena cuman mau ketemuan sebentar aja terus pulang ke rumah. Saya juga yang merasa amat sangat bersalah, mengiyakan saja. Dan ternyata lagi, dia belum makan karena rencanya mau ngajak saya makan siang bareng. Padahal saya sudah makan siang juga bareng teman-teman. Hahahahajahat..

Karena kasian, akhirnya saya menawarkan untuk menemani makan siang. Bukannya ganjen, tapi beneran kasian sama anak orang. Trus saya juga mikir daripada terus-terusan kita berdua dikerjain sama teman saya ini dirumahnya. Lebih baik jalan ke luar dan ngobrol dengan tenang. Asli, selama di rumah teman saya itu, kita dikerjain. Teman saya sampai ngasih “kode-kode” padahal astaga…. Teman saya ini tidak pernah saya dengar suaranya waktu SMA dulu. Tidak akrab sama sekali. Tidak pernah ada komunikasi. Asli, malu (malu-malu kucing). Teman saya ini juga bilang kalau besok, hari Minggu, Mamanya mau datang dan mau ngajak saya ketemu orang tuanya buat ngenalin.  Dan otomatis di-ciyeeeee-in sama teman kantor saya ini. Asli, ibu-ibu banget beliau ini.

Akhirnya kita makan di luar dan ngobrol. Itu pertama kalinya saya dibonceng dia. Pertama kalinya makan siang (atau, sore) bareng. Makan di RM. Ayam Penyet Ria, kita berdua pesan Nasi Liwet Komplit. Masih teringat jelas semuanya. Dan, saya juga sempat mau menunda dikenalin ke orang tuanya, karenaaaa… saya mau bilang apa? Orang dekat sama anaknya juga kagak. Hahaha.. Baru ketemu sekali ini malah. Baru chat 4 hari. Astaga.. Dasar dia…!!! Sukses bikin saya panik. Apalagi sebelumnya dia menyatakan mau serius. Iya, “serius”. Tidak ada itu “love you – love you an”. Dan, saya yang ditanya balik, jadi blank. Mana bisa saya langsung jawab. Selama dekat lewat hp aja kemarin pembahasan juga lurus-lurus aja. Tidak ada yang “menjurus”. Tapi dia tetap memberi saya waktu, mencoba menenangkan saya mungkin. Dan, pastinya saya juga menenangkan diri, yang masih syok ini.

Hari Minggu.

Dia menjemput saya di rumah. Saya masih ragu. Tapi kembali menenangkan diri kalau ini hanya pertemuan biasa dengan orang tua teman. Tidak lebih.

Dan, semua berjalan baik-baik saja. Tidak ada hal yang aneh selain “Nak, karena anak saya ini ada niat baik, nanti kalau sudah lebih dekat dan kalian setuju, tidak usah ditunda-tunda lama ya”. Me: “Hah?! Apanya?”. OGEB. Sumpah, saya belum ada bayangan bakal itu, anu, menikah. Kalau itu maksudnya. Walaupun menurut orang-orang sudah termasuk kategori “telat”.

Sepulang dari sana, kita berdua ngobrol-ngobrol tentang kedepannya bagaimana. Saya masih sedikit menolak, karenaaa.. yha. Begitu.

Kita berdua semakin dan semakin intens komunikasi, chat dan telepon. Tapi saya belum mau lagi diajak jalan bareng berdua. Bukan muhrim. Saya curhat sama teman kantor yang lumayan dekat dan minta petuah-petuah dari apa yang saya alami saat itu. Dan pertanyaannya, kamu suka tidak sama dia? Saya jawab, saya tidak mungkin langsung bisa suka secepat itu. Tapi, tidak ada yang saya tidak suka dari dia sampai sejauh ini. Sepertinya, orangnya baik. Saya juga mencoba sounding ke orangtua saya, namun semua diserahkan ke saya. Sampai akhirnya saya menyerah dan bilang, kalau memang serius, silakan ke rumah ngobrol dan minta izin ke orang tua saya. Dan, dia menyanggupi, 6 hari setelah saya dikenalin ke orangtuanya. What an instant anu.

Hari Minggu Berikutnya.

Benar, dia datang menemui orang tua saya. Entah ngobrol apa. Ya, si ksatria ini datang sendirian, tanpa saya. Tapi laporannya, lampu hijau dari orangtua saya dan kakak saya.

Hari Sabtu Setelahnya.

Orang tuanya datang “meminta izin” ke orang tua saya. Di Bulukumba sana. Dan, kami anak-anaknya di Makassar sedikit lebih semakin dekat lagi. Bahasa apa itu?

Saya? Ya, masih ragu lah sama apa yang saya putuskan dan akan saya perbuat. Apa-apaan ini secepat ini? Saya tidak seperti anak-anak jaman sekarang yang pikirannya selalu tentang menikah, sampai si dia datang mengajak saya nikah. Hahahahaha… Saya panik. Benar-benar Panik.

 

Minggu, 21 Oktober 2014.

Iya, betul. Kami melangsungkan acara lamaran. Kaget? Sama.

Waktu itu saya sedang mengikuti suatu diklat selama 2 (dua) minggu. Dan harus ijin pulang kampung 2 (dua) hari untuk keperluan lamaran. Benar-benar kejadian langka. Beberapa hari sebelumnya saya membicarakan dengan keluarga saya, kalau saya belum mau menikah cepat-cepat. (lol). Takut.

Jadi saya minta acara nikahnya di bulan Desember aja, penghujung tahun, biar agak lama. Namun tetap minta dilaksanakan awal bulan Desember. Padahal, keluarga si dia maunya secepat mungkin, kalau bisa malah di bulan yang sama dengan acara lamaran. What?!

Tapi orang tua saya sangat demokratis. Thanks God. Beliau membicarakan baik-baik dengan pihak sebelah dan akhirnya kesepakatannya adalah:

 

Sabtu, 06 Desember 2014.

Kami menikah. Iya, menikah. ‘till forever yaa, My husband. Zulfikar Syam. I love you, entah sejak kapan.

 

(Saya, hampir saja meminta untuk acara nikahnya bulan April di tahun berikutnya, 2015. Saking belum siapnya dengan kata “menikah”. Tapi, mungkin sudah ditakdirkan demikian dan itu yang terbaik menurut DIA bahwa saya menikah di tanggal itu. Karena, ternyata, sebulan kemudian ada kenyataan menyedihkan yang harus saya hadapi. Mama saya meninggal dunia 22 Januari 2015. Bersyukurnya saya, setidaknya sempat mengukir senyum bahagia di wajahnya, ketika melihat anaknya (yang mungkin sudah lama beliau inginkan untuk) menikah, akhirnya menikah juga, meski beliau tidak pernah mengungkapkan itu kepada saya).


(30 days writing challenge)


0 Comments

Posting Komentar

Copyright © 2009 G A L A X Y All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.