Day 6: Single and Happy
Emang bisa? Bisalahhhh Bambankkk.
Jika timeline ditarik jauh ke
belakang sebelum saya menikah, ada banyak waktu di mana saya habiskan dengan
status single. Iya, jomblo. Namun, bukan berarti tidak bisa menikmati hidup
kan? Jadi menjalani ke-jomblo-an saya rasa bukan hal yang berat. Untuk batasan
kali ini, saya persempit di kehidupan saya aja, selama di Makassar. Yaitu sejak
saya tamat SMA di kampung halaman dan hingga akhirnya memutuskan kuliah di Makassar.
Menikmati Alam (di Danau Unhas).
Di Makassar, saya punya tempat
favorit, yang sering saya kunjungi sendiri. Sebuah danau di kampus Universitas
Hasanuddin Makassar (Unhas). Suasananya tenang. Waktu dulu, awal-awal saya
sering ke sana, masih lumayan sepi. Mungkin pada mikir, ngapain nongkrong di
tepi danau? Tempat kesukaan saya itu, tepatnya di tepi danau yang berada di
samping masjid kampus. Di situ ada pohon besar bahkan akar-akarnya sampai
mencuat ke atas permukaan tanah. Ini lokasinya, sayangnya sudah tersentuh editan. Nah, di situlah saya duduk. Ngapain? Mmmmm… Ngapain
ya? Ngapain aja, kecuali belajar. Kalau belajar, saya ke kampus. (ya iyalah). Saya
sangat betah duduk berlama-lama di tempat ini. Terus, beberapa lama kemudian
saya pindah dan cari tempat lain, di seberang tempat semula. Kenapa? Karena,
lama kelamaan tempat saya yang pertama tadi, jadi tempat kumpulnya orang-orang pacaran.
Hmmm… merusak suasana. (tapi, lama kelamaan saya datang di tempat itu lagi,
sudah terpasang papan larangan pacaran di sekitar masjid. Huahaha..).
Belakangan, karena tempat favorit
kedua saya juga sudah mulai ramai, banyak mahasiswa atau pengunjung lainnya
yang berkegiatan, jadi saya pindah lagi. Di tempat ketiga ini, memang yang
paling sering dikunjungi orang. Dermaga. Di tepi danau ini ada dermaga kecil,
yang sering juga dijadikan tempat orang-orang yang datang. Saya ke tempat itu
hanya kalau sedang tidak ada orang saja, menunggu tempatnya sepi. Nah, di sini saya
punya kegiatan baru, memberi makan ikan-ikan di danau. Saya biasanya bawa roti
yang khusus buat saya potong-potong dan nantinya saya lemparkan ke danau untuk
di makan ikan-ikan itu. Senang rasanya liat ikan-ikan itu. Hmmm.. kapan-kapan
mau ke sana lagi deh.
Di kampus Unhas ini juga, sejak
dulu saya sering olaharaga baik walking ataupun running, keliling area kampus.
Membaca dan Nonton
Beberapa waktu yang lalu, Ketika PSBB
dan program WFH sedang ketat-ketatnya, mungkin salah satu orang yang tidak
terlalu mempermasalahkan untuk tidak keluar rumah, yaitu: saya. Di rumah, saya
bisa ngapain aja. Jika sedang jam kerja, ya bekerja. Di luar itu, istrahat,
baca buku, nonton, memasak, dll. Apa lagi?
Nah, begitu juga pada saat
single, saya banyak menghabiskan waktu di rumah dengan nonton (dvd bajakan) dan
membaca. Bacaannya tema cinta-cintaan. Nah, loh.
Keliling Kota.
Literally, keliling. Iya,
keliling. Jadi, selama tinggal di Makassar, saya pake motor (hadiah dari orang
tua). Nah, ketika sedang mau jalan-jalan, saya hanya naik motor keliling kota
Makassar
Kapan nongkrongnya bareng
teman-teman? (saya ingat-ingat dulu ya, emang pernah?) seingat saya, selama
saya kuliah D3, saya jarang – hampir tidak pernah nongkrong. Jika kerja tugas
kelompok bareng-bareng boleh masuk kategori nongkrong, mungkin itulah nongkrong
versi saya. Paling mentok nongkrongnya depan kost-an bareng teman kost. Atau ngobrol-ngobrol
di kost. Saya baru punya teman di luar kampus itu di masa transisi antara
lanjut S1 dan lulus bekerja. Saya punya teman dekat 2 orang dan hanya bersama
mereka, saya sering jalan jika ada waktu luang (hingga saat ini).
__
Sepertinya, dari yang saya
tuliskan di atas, hidup saya terlalu serius ya? Bagi beberapa orang, apalagi kids jaman now seperti angkatan adek bungsu saya, mungkin terlihat
membosankan. Tapi entah kenapa saya santai aja dan menikmatinya. Single memang
tidak selamanya berarti “sendirian”, tapi bagi saya, sendiri-pun bukan masalah
besar. (Beda cerita yaaa.. kalau kondisinya sudah punya pasangan atau bahkan
menikah).
Namun, sekali lagi saya bilang bahwa bahagia itu tergantung dari sudut pandang kita sendiri. Kalau kata kutipan film
Radit dan Jani: “Bahagia itu, kita yang ciptakan”.
(30 Days Writing Challenge)
Posting Komentar